“Mas, bangun, mandi, ganti baju, sarapan! Yang dibawa apa saja!? Sudah disiapkan belum!?” Sebagai orang tua, apakah Anda sering mengucapkan kalimat tersebut? Kalimat perintah beruntun seperti itu memang biasa diucapkan para orang tua pada pagi hari, terutama jika sang ibu wanita karier yang tergesa berangkat pagi. Jika Anda termasuk di antaranya, berarti Anda telah melakukan satu dari sepuluh kesalahan yang biasa dilakukan para orang tua.
Itulah yang disampaikan Early Utami pada pertemuan POMG Kelas A4 RA Ar Raihan pada Ahad (9/3/2014) pagi. Menurut master of art lulusan Universitas Gadjah Mada itu, bicara tergesa-gesa merupakan satu dari sepuluh kesalahan yang sering dilakukan oleh para orang tua. Guru sekaligus Kepala SMPIT Ar Raihan itu mengungkapkan, kesalahan lain yang kerap dilakukan orang tua adalah tidak kenal diri sendiri, lupa bahwa tiap individu unik, beda antara kebutuhan anak dengan keinginan orang tua, tidak cermat baca bahasa tubuh, tidak mendengar perasaan, tidak tahu kesalahan siapa (anak atau orang tua), selalu menyampaikan pesan kamu, lupa anak punya kelebihan, dan menggunakan dua belas gaya populer.
Dua belas gaya populer yang dimaksudkan adalah memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, melabel, mengancam, menasihati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, dan menganalisis. Early Utami menyontohkan, orang tua sering menghibur anaknya yang terluka dengan mengatakan luka anak “nanti akan sembuh”. Sekilas, kalimat itu akan menentramkan anak. Akan tetapi, orang tua lupa bahwa anak mencatat kata “nanti” yang diucapkan orang tuanya. Nanti berarti sebentar lagi dan si anak tentu akan menunggu dan kecewa karena ternyata lukanya tidak segera sembuh seperti yang dikatakan orang tuanya. Sebaiknya, orang tua hanya mengatakan, “diobati dulu, semoga satu atau dua hari lagi lukanya sembuh”.
Ibu-ibu yang hadir pada pertemuan itu serius menyimak uraian yang disampaikan Bu Luluk, panggilan akrab Early Utami. Beberapa orang tua menyempatkan diri bertanya langsung kepada psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada itu. Acara yang digelar di rumah orang tua R.M. Owal Satria Yudha Prakosa (siswa kelas A4) itu berlangsung dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.
Pada kesempatan itu pula, Bu Ningrum dan Bu Tri, wali kelas A4 RA Ar Raihan, menyampaikan agenda sekolah. Menurut Bu Ningrum dan Bu Tri, kelas A4 akan mengikuti KKL. Materi KKL yang dijadwalkan adalah naik serta mengunjungi bengkel kereta api. Kegiatan dijadwalkan pada bulan April 2014. Informasi dari kedua wali kelas A4 itu sekaligus menjadi penutup pertemuan POMG yang di selenggarakan di Bakulan (Trirenggo, Bantul) tersebut. [@sabjanbadio]