Mendidik anak di tengah pesatnya arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bukanlah perkara mudah. Sejak bangun tidur si anak telah disuguhi sarapan televisi, sepanjang hari pun dia bersahabat baik dengan televisi. Pada perkembangan selanjutnya, anak mengenal game dan smartphone sehingga habislah semua perhatiannya untuk berbagai perangkat teknologi informasi tersebut. Orang tua yang seharusnya menjadi contoh baik bagi anak pun ternyata terjebak pada situasi serupa, serba sibuk, serba cepat, serba instan, dan abai situasi sehingga anak pun menjadi krisis idola.
Kondisi tersebut menjadikan anak lebih banyak menggunakan berbagai sajian bermedia perangkat teknologi informasi tersebut sebagai panutan, idola, bahkan “ajaran hidup”. Padahal, sajian-sajian melalui perangkat-perangkat itu lebih didominasi unsur bisnis, di mana pengembang membuat program acara, aplikasi, dan game, lebih banyak didasarkan atas bayangan keuntungan dan abai terhadap aspek edukasi yang seharusnya menjadi perhatian utama.
Sebagai lembaga pendidikan yang berfokus kepada usia prasekolah, RA, KBIT, dan TPA Ar Raihan pun menggagas sebuah seminar parenting tentang karakter building. Didapuk sebagai pembicara adalah Bunda Kurnia Widhiastuti, aktivitas parenting dari Sygma Daya Insani Jakarta.
Dalam paparannya, Bunda Kurnia Widhiastuti menyampaikan bahwa, mengedukasi anak tentang karakter merupakan hal penting. Namun, di balik itu, orang tua yang memiliki peran strategis dalam pembentukan karkater anak sangatlah memiliki peran. Oleh karena itulah, orang tua pun sebaiknya diedukasi terlebih dahulu agar dapat memberikan pendidikan yang tepat dan baik bagi perkembangan anaknya.
Bunda Kurnia menekankan, pendidikan bagi anak bukanlah bermaksud menyeterilkan anak dari berbagai hal melainkan untuk mengembangkan daya imun pada diri anak. Sudah menjadi pembicaraan umum bahwa acara-acara televisi banyak yang kontraedukatif, namun untuk menghindarinya bukanlah perkara gampang. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan pemahaman, membangun sistem imun, sehingga ketika menemukan berbagai hal yang seharusnya disaring atau ditolak, anak pun dapat menyaring atau menolaknya dengan baik menggunakan imunitas yang dimilikinya.
Tidak kurang dari 200 peserta hadir dalam seminar yang bertema “Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak” tersebut. Para peserta yang berasal dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah itu terlihat antusias mengikuti acara. Sugeng Sri Lestari, Kepala RA Ar Raihan, sebagai penyelenggara berpendapat bahwa hal seperti ini seharusnya sering dilakukan. Mengutip pernyataan Bunda Kurnia Widhiastuti, Sugeng Sri Lestari menyampaikan, selama ini orang tua lebih fokus dalam sekolah untuk anak. Anak-anak disekolahkan di tempat-tempat bagus. Namun, di antara para orang tua banyak yang lupa mengedukasi diri sendiri. Kegiatan seperti ini, paling tidak, selain memberikan pencerahan kepada guru dan orang tua, juga berfungsi mengingatkan para orang tua dan guru untuk terus-menerus belajar tentang bagaimana mendidik anak.
Acara yang berlangsung Ahad (8/2/2015) pukul 08.00-12.30 tersebut juga diapresiasi oleh Kasi Dikmad Kemenag Bantul, Drs. Jauzan Sanusi, M.S.I. Dalam sambutannya, Jauzan Sanusi mengemukakan bahwa kegiatan seminar seperti itu penting dilakukan apalagi RA Ar Raihan termasuk RA unggulan di wilayah Kemenag. Sementara itu, ketua panitia, Nurhidayah Solekah, menyampaikan terima kasih atas antusiasme peserta. Mantan kepala RA Ar Raihan yang pernah menjadi kepala RA berprestasi tingkat provinsi DI Yogyakarta ini berharap sajian dalam acara yang dilangsungkan di Kompleks II Pemda Bantul tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. [abasrin.com]