Menghadapi Pertanyaan Kritis Anak

Banyak hal yang mungkin ditemui orang tua saat mendidik anak. Satu di antaranya adalah pertanyaan kritis anak. Hal tersebut disampaikan oleh Early Utami dalam acara Pertemuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) SDIT Ar Raihan Kelas 3 Ishaq Ahad (8/3/2015).

Menghadapi sikap kritis anak, orang tua harus bijak menjawabnya, ungkap Bu luluk, panggilan akrab Early Utami. Psikolog sekaligus Kepala SMPIT Ar Raihan ini mencontohkan, dirinya sendiri mulai berjilbab ketika duduk di bangku SMA. Hal tersebut sempat dipertanyakan oleh anaknya. Kasus seperti ini, menurut Early Utami mungkin dialami orang tua lain. Untuk menjawabnya orang tua tidak harus menutupinya, lanjut lulusan program pascasarjana Universitas Gadjah Mada ini. Hal yang harus dilakukan adalah menjelaskan secara baik dan logis alasan keterlambatan orang tua dalam berjilbab. Penjelasan yang logis ini penting, jika tidak, bisa jadi anak pun akan menuntut untuk tidak segera berjilbab.

Permasalahan pemakaian jilbab ini juga disampaikan oleh Mira Triwaluyani, Wali Kelas 3 Ishaq SDIT Ar Raihan. Ibu guru yang oleh siswanya dipanggil Bu Mira ini mengemukakan bahwa dia masih sering mendapati siswi keluar rumah tanpa jilbab. Mira berharap, para orang tua dapat memfasilitasi dan mengawasi pemakaian jilbab anak. Pemakaian jilbab saat keluar rumah merupakan satu di antara tiga syiar yang digalakkan di kelas 3 mulai semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Dua syiar lain adalah puasa Senin-Kamis dan penggunaan kaus kaki bagi siswi saat di kelas.

POMG yang berlangsung mulai pukul 09.00 tersebut bertempat di rumah Agus Sumartono (Karangmojo, Trirenggo, Bantul), orang tua Yahya Taqya sekaligus pengurus Yayasan Ar Raihan. Selain membahas perkembangan anak, juga membahas agenda kelas dan agenda sekolah yang akan segera dilaksanakan. Pukul 11.00 WIB, Wiwin Dwi Nuryanti, orang tua Jauza Zuma Nabila, yang bertindak sebagai pembawa acara pun menutup POMG yang dihadiri sebagian besar wali siswa kelas 3 Ishaq SDIT Ar Raihan itu.